Kitabut Tashrif – Bahasa Arab adalah salah satu bahasa tertua dan terkaya di dunia. Bahasa ini memiliki hubungan erat dengan agama Islam, karena Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Bahasa Arab juga merupakan bahasa yang digunakan oleh banyak bangsa dan peradaban di Timur Tengah, Afrika, dan Asia.
Namun, tahukah Anda bahwa bahasa Arab yang kita kenal sekarang tidak selalu seperti itu? Pada awalnya, bahasa Arab tidak memiliki tanda baca, seperti titik dan harakat, yang membantu kita membaca dan mengucapkan kata-kata dengan benar. Lalu, bagaimana sejarah penambahan harakat pada bahasa Arab?
Harakat adalah tanda-tanda kecil yang diletakkan di atas atau di bawah huruf-huruf hijaiyah untuk menunjukkan vokal atau bunyi yang harus diucapkan. Harakat terdiri dari fathah (garis miring ke atas), kasrah (garis miring ke bawah), dammah (tanda petik terbalik), sukun (lingkaran kecil), dan syaddah (tanda petik).
Menurut beberapa sumber, harakat mulai diperkenalkan pada abad ke-7 Masehi, ketika Islam mulai menyebar ke berbagai wilayah di luar Jazirah Arab. Hal ini menyebabkan banyak orang yang tidak fasih berbahasa Arab kesulitan membaca Al-Quran dengan benar. Oleh karena itu, para ulama dan ahli bahasa mencari cara untuk mempermudah pembacaan Al-Quran.
Salah satu perintis penambahan harakat pada bahasa Arab adalah Abu al-Aswad al-Du’ali, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW dan ahli bahasa terkemuka. Ia menemukan sistem harakat dengan menggunakan warna untuk menandai vokal pada huruf-huruf hijaiyah. Misalnya, ia menggunakan warna merah untuk fathah, hijau untuk kasrah, dan kuning untuk dammah.
Sistem ini kemudian disempurnakan oleh murid-muridnya, seperti Yahya bin Ya’mar dan Nasr bin Asim. Mereka mengganti warna dengan bentuk-bentuk sederhana yang lebih mudah dibuat. Sistem ini kemudian diterima secara luas oleh umat Islam dan digunakan hingga sekarang.
Selain harakat, bahasa Arab juga memiliki titik sebagai pembeda antara huruf-huruf yang memiliki bentuk sama atau mirip. Misalnya, titik digunakan untuk membedakan antara ba (ب) dengan ta (ت), atau antara ya (ي) dengan nun (ن).
Titik pada bahasa Arab juga mulai diperkenalkan pada abad ke-7 Masehi, oleh Hasan al-Basri, seorang ulama dan ahli bahasa terkenal. Ia menambahkan satu titik di atas atau di bawah huruf-huruf hijaiyah untuk membedakan antara huruf-huruf yang serupa. Misalnya, ia menambahkan satu titik di atas ba (ب) dan dua titik di atas ta (ت).
Sistem ini kemudian dikembangkan oleh murid-muridnya, seperti Abu Ja’far al-Khwarizmi dan Abu ‘Amr bin al-‘Ala’. Mereka menambahkan lebih banyak titik pada huruf-huruf lain yang memiliki bentuk sama atau mirip. Misalnya, mereka menambahkan tiga titik di atas tsa (ث) dan satu titik di bawah ya (ي).
Sistem ini juga diterima secara luas oleh umat Islam dan digunakan hingga sekarang.
Dengan adanya harakat dan titik pada bahasa Arab, pembacaan Al-Quran menjadi lebih mudah dan akurat. Harakat dan titik juga membantu kita mempelajari dan menguasai bahasa Arab dengan lebih baik.
Bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Bahasa ini mengalami perkembangan seiring dengan penyebaran Islam dan kebutuhan umat Islam untuk membaca Al-Quran dengan benar.
Harakat dan titik adalah dua unsur penting yang ditambahkan pada bahasa Arab untuk memudahkan pembacaan dan pengucapan. Dengan mempelajari harakat dan titik, kita dapat lebih menghargai dan menguasai bahasa Arab sebagai bahasa yang indah dan mulia. buku belajar bahasa Arab